Ditulis Oleh Al Faqir Ilalloh:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Sukaya Al Jawiy Al Indonesiy
Semoga Alloh membimbingnya

بسم الله الرحمن الرحيم
Pengantar Penulis

:الحمد لله رب العالمين وأشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، اللهم صل وسلم على محمد وعلى آله أجمعين أما بعد

Telah datang surat pada tanggal 10 Jumadal Ula 1436 H yang secara ringkas sebagai berikut:

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Apa hukum mengirimkan uang misalkan sebesar seribu reyal Saudiy dari Kerajaan Saudiy ke Yaman, dan orang lain di Yaman menerimanya dengan mata uang reyal Yamaniy? Semoga Alloh membalas Anda dengan kebaikan.

Jawaban dengan memohon pertolongan kepada Alloh.
Sesungguhnya pengiriman uang yang ditanyakan tersebut kenyataannya di dalamnya ada perbedaan mata uang, Antara reyal Saudiy dengan reyal Yamaniy. Maka di dalamnya ada transaksi penukaran mata uang. Dan hakikat penukaran mata uang adalah bagaikan menjual emas dengan perak. Iya hal itu boleh dengan syarat harus kontan, tanpa ada penundaan.
Dari Ubadah ibnush Shomit rodhiyallohu ‘anhu yang berkata: Rosululloh Shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam bersabda:

«الذهب بالذهب، والفضة بالفضة، والبر بالبر، والشعير بالشعير، والتمر بالتمر، والملح بالملح، مثلا بمثل، سواء بسواء، يدا بيد، فإذا اختلفت هذه الأصناف، فبيعوا كيف شئتم، إذا كان يدا بيد».

“Transaksi emas dengan emas, perak dengan perak, burr (sejenis gandum) dengan burr, sya’ir (jenis lain lagi dari gandum) dengan sya’ir, kurma dengan kurma, garam dengan garam, itu semua harus semisal, sama ukurannya, dan harus kontan. Tapi jika jenisnya itu berbeda, maka silakan kalian berjual beli sesuka kalian, jika dari tangan ke tangan (yaitu kontan, tanpa penundaan).” (HR. Muslim (1587)).

Dan dari Abul Minhal Abdurrohman bin Muth’im yang berkata:

باع شريك لي ورقا بنسيئة إلى الموسم، أو إلى الحج، فجاء إلي فأخبرني، فقلت: هذا أمر لا يصلح، قال: قد بعته في السوق، فلم ينكر ذلك علي أحد، فأتيت البراء بن عازب، فسألته، فقال: قدم النبي صلى الله عليه وسلم المدينة ونحن نبيع هذا البيع، فقال: «ما كان يدا بيد فلا بأس به، وما كان نسيئة فهو ربا» ، وائت زيد بن أرقم، فإنه أعظم تجارة مني، فأتيته فسألته، فقال: مثل ذلك

“Sekutu saya dalam perdagangan menjual perak secara nasiah (penundaan pembayaran) sampai ke musim haji berikutnya). Lalu dia datang dan mengabariku dengan itu. Maka aku berkata: “Ini adalah perkara yang tidak pantas dilakukan.” Dia menjawab: “Aku telah menjual itu di pasar dan tiada seorangpun yang mengingkariku.” Maka aku mendatangi Al Baro bin ‘Azib, lalu aku bertanya pada beliau tentang hal itu. Maka beliau menjawab: “Nabi shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam tiba di Madinah dalam keadaan kami menjual dengan model penjualan macam itu. Maka Nabi bersabda: “Hal itu tidak apa-apa jika dilakukan dari tangan ke tangan (kontan). Tapi jika dia itu ada penundaan, maka itu adalah riba.” Dan datangilah Zaid bin Arqom, karena beliau itu lebih besar perdagangannya daripada aku.” Maka aku mendatangi Zaid dan menanyai beliau tentang hal itu, maka beliau menjawab semisal dengan jawaban tadi.” (HR. Al Bukhoriy (2497) dan Muslim (1589)).

Dan dalam riwayat yang lain: Dan dari Abul Minhal Abdurrohman bin Muth’im yang berkata:

سألت البراء بن عازب، وزيد بن أرقم عن الصرف، فقالا: كنا تاجرين على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم، فسألنا رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الصرف، فقال: «إن كان يدا بيد فلا بأس، وإن كان نساء فلا يصلح». (أخرجه البخاري (2060) ومسلم (1589))

“Aku bertanya pada Al Baro bin ‘Azib dan Zaid bin Arqom tentang tukar-menukar uang, maka keduanya menjawab: “Kami dulu adalah pedagang pada zaman Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, maka kami bertanya pada Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam tentang tukar-menukar uang, maka beliau menjawab: “Jika secara kontan, maka tidak apa-apa. Tapi jika ada penundaan maka itu tidak baik.” (HR. Al Bukhoriy (2070) dan Muslim (1589)).

 Dan dari Abdurrohman bin Abi Bakroh:

عن أبيه قال: «نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم، عن الفضة بالفضة، والذهب بالذهب، إلا سواء بسواء، وأمرنا أن نشتري الفضة بالذهب كيف شئنا، ونشتري الذهب بالفضة كيف شئنا» ، قال: فسأله رجل، فقال: يدا بيد؟ فقال: «هكذا سمعت» . (أخرجه مسلم (1590))

dari ayahnya -Abu Bakroh rodhiyallohu ‘anhu- yang berkata: “Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam melarang jual beli perak dengan perak, emas dengan emas, kecuali yang ukurannya sama. Dan beliau memerintahkan kami untuk membeli perak dengan emas sesuka kami, dan memerintahkan kami untuk membeli emas dengan perak sesuka kami. Maka seseorang bertanya: “Apakah dengan cara kontan?” Beliau menjawab: “Demikianlah aku mendengar.” (HR. Muslim (1590)).

Dan dari Malik bin Aus ibnul Hadatsan yang berkata:

وعن مالك بن أوس بن الحدثان، أنه قال: أقبلت أقول من يصطرف الدراهم؟ فقال طلحة بن عبيد الله – وهو عند عمر بن الخطاب -: أرنا ذهبك، ثم ائتنا، إذا جاء خادمنا، نعطك ورقك، فقال عمر بن الخطاب: كلا، والله لتعطينه ورقه، أو لتردن إليه ذهبه، فإن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «الورق بالذهب ربا، إلا هاء وهاء، والبر بالبر ربا، إلا هاء وهاء، والشعير بالشعير ربا، إلا هاء وهاء، والتمر بالتمر ربا، إلا هاء وهاء». (أخرجه البخاري (2134) ومسلم (1586)).

“Aku datang dan berkata: siapakah yang mau menukar dirham?” Maka Tholhah bin Ubaidillah –beliau sedang di samping Umar Ibnul Khoththob- berkata: Bawa kemari emasmu, lalu datangilah kami. Jika pembantu kami telah datang, kami akan memberimu perak. Maka Umar Ibnul Khoththob berkata: “Sekali-kali tidak demikian. Demi Alloh engkau harus segera memberinya perak hak dia, atau engkau kembalikan kepadanya emas dia. Karena sesungguhnya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perak dengan emas itu riba, kecuali secara kontan. Dan burr dengan burr itu riba, kecuali dengan kontan, sya’ir dengan sya’ir itu riba kecuali dengan kontan. Kurma dengan kurma itu riba kecuali dengan kontan.” (HR. Al Bukhoriy (2124) dan Muslim (1586)).

Maka si pengirim yang di Saudi itu harus menanti sampai si penerima menggenggam uangnya, agar pengiriman tadi masuk dalam kategori tangan ke tangan (kontan). Jika si pengirim pergi duluan sebelum si penerima menggenggam uangnya, batallah transaksi tadi.

Al Imam Ibnu Qudamah rohimahulloh berkata: “Sang penulis –beliau sendiri- berkata: “Kapan saja dua orang yang sedang baku tukar mata uang tadi sudang pergi sebelum masing-masingnya memegang haknya, maka tidak ada jual beliau di Antara keduanya.” Shorf (pertukaran uang) adalah: jual beli mata uang satu sama lain. Dan syarat sahnya shorf adalah kedua belah pihak telah saling mendapatkan haknya. Tiada perselisihan di kalangan ulama dalam masalah ini. Ibnul Mundzir rohimahulloh berkata: seluruh ulama yang kami hafal pendapat mereka bersepakat bahwasanya dua orang yang saling menukar uangnya jika sudah saling berpisah sebelum sama-sama mendapatkan haknya, bahwasanya transaksi penukaran uang mereka tadi rusak. Dan dalil dalam masalah ini adalah sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam:

«الذهب بالورق ربا إلا هاء وهاء.»

“Emas dengan perak itu riba kecuali jika kontan.”

Dan sabda beliau shollallohu ‘alaihi wasallam:

«بيعوا الذهب بالفضة كيف شئتم يدا بيد»

“Juallah emas dengan perak sesuka kalian dalam keadaan kontan.”

Dan hadits:

«ونهى النبي – صلى الله عليه وسلم – عن بيع الذهب بالورق دينا، ونهى أن يباع غائب منها بناجز»

“Dan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam melarang menjual emas dengan perak secara hutang. Dan beliau melarang sesuatu yang tidak hadir dari uang tadi dengan sesuatu yang sudah hadir.”
Itu semua adalah hadits yang shohih.” (selesai dari “Al Mughni”/Ibnu Qudamah/4/hal. 40-41).

Al Imam Asy Syaukaniy rohimahulloh dalam syarh terhadap kitab “Hadaiqul Azhar” berkata: “Adapun ucapan si penulis: “Rendahnya nilai sebagian barang dalam tukar-menukar barang yang berbeda jenisnya itu sah.” Ini ditunjukkan oleh sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam:

فإذا اختلفت هذه الأجناس فبيعوا كيف شئتم إذا كان يدا بيد

“Maka jika jenis-jenisnya itu berbeda-beda, maka silakan kalian berjual beli sesuka kalian, jika dari tangan ke tangan.”
Karena sesungguhnya Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam membolehkan jual beli yang nilainya berbeda, dan melarang adanya penundaan.”(“As Sailul Jarror Al Mutadaffiq ‘Ala Hadaiqil Azhar”/hal. 555).

Al Imam Ibnu Baz rohimahulloh berkata: “Maka mata uang itu tidak boleh dijual dengan mata uang yang semisal dengannya kecuali jika kontan dan nilainya sama. Tapi jika mata uang yang satu dijual dengan mata uang yang lain seperti reyal dengan dolar, atau juniyyah Australia dengan mata uang yang lain, jual beli tadi boleh dengan syarat dari tangan ke tangan (kontan), tanpa ada penundaan, sekalipun nilainya tidak sama. Maka metode syar’iyyah itu ada yang mencukupi, dengan pujian untuk Alloh. Dan orang-orang tidak memerlukan riba, andaikata bukan karena setan menyeru mereka kepada transaksi dengan riba dan menghiasai untuk mereka keuntungan cepat dengan cara riba. Kita mohon pada Alloh keselamatan untuk kita dan untuk seluruh Muslimin dari sebagai perkara yang menyebabkan Alloh murka.” (“Majmu’ Fatawa Ibni Baz”/7/hal. 290).

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين

Shon’a 10 Jumadal Ula 1436 H.